Rasanya sekarang banyak orang yang lupa dan tidak kenal dengan disiplin. Kemanakah si Disiplin itu sekarang? Mengapa banyak orang melupakan dia? Padalah dia adalah dasar keberhasilan, dasar kedamaian, dan bisa dikatakan dasar segala kesuksesan.
Banyak kecelakaan yang terjadi seperti kecelakaan pesawat, kecelakaan kapal laut, kecelakaan kereta api, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja di pabrik-pabrik yang sudah tak terhitung lagi dengan jari. Padahal kalau diteliti .. katanya segala macam undang-undang, prosedur, lokakarya dsb sudah ada Sayangnya hanya sedikit yang berani mengungkapkan apakah segala undang-undang, prosedur, hasil segala lokakarya itu sudah dilaksanakan dengan disiplin?
Semua badan organik pemerintahan untuk melaksanakan peran legislatif, eksekutip, dan yudikatif telah ada. Dalam pemilihan pejabatnyapun saat ini sudah melalui pemilihan yang berbelit dengan kampanye, pemilihan langsung, fit & proper test, dsb. Tetapi tindakan korupsi masih juga tidak ditakuti walaupun hukumannya saat ini sudah berat seperti hukuman puluhan tahun penjara beserta denda ber MM rupiah sampai dengan hukuman mati. Kita yakin tatacara/prosedur kerja dimasing masing departemen itu pasti sudah ada, tetapi apakah prosedur itu sudah dilaksanakan dengan disiplin?
Dalam bidang jurnalisme, dengan dalih kebabasan pers seolah olah semua ”harus” tidak boleh rahasia. Rumah pribadi orang - dipanjat, mobil orang dihalang-halangi, semua ruang rahasia negarapun seolah olah harus bebas dimasuki untuk mengambil gambar yang bagus, pertanyaan yang dilontarkan tanpa memilah batas batas privasi, judul direkayasa secara negatif agar bombastis. Belum lagi kalau mencari berita dengan pakaian seadanya terus merangsek masuk, tanpa memperdulikan acara yang sedang terlaksana. Ini namanya kebebasan pers atau kebablasan pers? Rasanya, walapun dalam prosedurnya tidak tersurat, tentunya secara tersirat pastilah ada aturan disiplin untuk saling menghormati
Di bidang perniagaan, dari perdagangan skala besar maupun kecil kita banyak mengetahui adanya pemalsuan. Mulai dari pemalsuan dokumen, pemalsuan kwalitas, pemalsuan obat, minyak oplosan, daging glonggongan, dan masih banyak lagi. Masih banyak lagi hal hal yang tidak terpuji seperti pemalsuan/pelanggaran pajak, penipuan lewat ATM, jebakan jebakan pelaku bisnis kartu kredit, dll yang pada dasarnya mereka memanfaatkan kelemahan peraturan dan prosedur.
Mengapa perilaku disiplin terlaksana, mungkin yang ada dalam pikiran pelaku pelaku kasus diatas, bahwa disiplin hanyalah sebagai tatacara baris berbaris dan upacara saja. Padahal disiplin adalah perilaku yang patuh dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab rohani, profesi dan sosial dimana didalamnya termasuk melaksanakan perundangan, peraturan secara konsekwen dengan didasari takut kepada Tuhan Yang Esa
Ayo kita mulai berdisiplin.....
4 komentar:
wehehehehe....
kok postingannya seperti agak skeptis ya? ngebacanya seolah-olah gak ada harapan gitu... (wuah, ini aku yang lebay ato gimana ini?)
lalu Pakde, gimana dong solusinya? klo ngebaca tentang wartawan kebablasan, sepertinya disiplin nomor 2 atau lebih dibanding "kesempatan" yg bisa didapat sang wartawan... hehehehe. btul tidak?
Harapannya seperti pada alinea terakhir, bahwa kita harus membangun disiplin bangsa ini. Coba kalau kita lihat dinegara negara tetangga .. terbukti bahwa kuncinya adalah disiplin bukan..
hmm kalo menurut saya sebagai kaum awam,
Mungkin masalah utamanya terletak pada karakter.
Sebagian besar manusia-manusia Indonesia belum memiliki karakter dan integritas diri yang baik.
Jangankan masalah pemerintahan, atau lalulintas, atau keamanan. Buang sampah saja masih banyak yang sembarangan (kadang2 saya juga suka begitu sih tapi dalam kasus2 tertentu).
Suatu ketika ada mobil mewah, plat merah B, melintas di Bandung. Tapi pas berhenti, buka jendela, dan buang sampah keluar.
Buang sampah saja belum bisa benar, apalagi menjalankan pemerintahan dan menegakkan keamanan? Dengan perkara-perkara yang kecil tidak bisa setia, bagaimana bisa setia dengan perkara2 yang besar?
Lukas 16:10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Dan mengubah karakter manusia ini merupakan sesuatu yang sulit. Buktinya saja Indonesia adalah negara agama yang terbesar. Dari SD-SMA ada pelajaran Agama dan PPKn (di USA, di sekolah negri tidak boleh ada pelajaran agama) tapi tetap saja manusia-manusia nya seperti itu. Dan lagi biasanya anak2 cendrung meniru teladan generasi sebelumnya.
Jadi bagaimanakah solusinya? Bagaimana kalo kita masing2 melatih dahulu karakter diri sendiri?
(maaf double post om, yang sebelumnya tolong dihapus saja hehe)
hmm kalo menurut saya sebagai kaum awam,
Mungkin masalah utamanya terletak pada karakter.
Sebagian besar manusia-manusia Indonesia belum memiliki karakter dan integritas diri yang baik.
Jangankan masalah pemerintahan, atau lalulintas, atau keamanan. Buang sampah saja masih banyak yang sembarangan (kadang2 saya juga suka begitu sih tapi dalam kasus2 tertentu).
Suatu ketika ada mobil mewah, plat merah B, melintas di Bandung. Tapi pas berhenti, buka jendela, dan buang sampah keluar.
Buang sampah saja belum bisa benar, apalagi menjalankan pemerintahan dan menegakkan keamanan? Dengan perkara-perkara yang kecil tidak bisa setia, bagaimana bisa setia dengan perkara2 yang besar?
Lukas 16:10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Dan mengubah karakter manusia ini merupakan sesuatu yang sulit. Buktinya saja Indonesia adalah negara agama yang terbesar. Dari SD-SMA ada pelajaran Agama dan PPKn (di USA, di sekolah negri tidak boleh ada pelajaran agama) tapi tetap saja manusia-manusia nya seperti itu. Dan lagi biasanya anak2 cendrung meniru teladan generasi sebelumnya.
Jadi bagaimanakah solusinya? Bagaimana kalo kita masing2 melatih dahulu karakter diri sendiri?
Posting Komentar